Mayat
itu ditemukan dalam keadaan mengenaskan. Dengan tangan mengepal dan darah
berlumuran di bagian kepala, perut dan dada. Tangannya menggenggam sebuah pisau
yang berlumuran darah. Dalam sebuah kamar apartemen di lantai 7, dalam keadaan
mengenaskan menanti sebuah pertolongan yang tak kunjung menghampiri. Hingga
akhirnya ia tak sanggup menahan nafasnya untuk tetap berhembus dan
melepaskannya selamanya.
Emma,
seorang gadis berumur 23 tahun, mahasiswi dari Universitas terkenal di Jakarta sedang
berjalan pulang seusai kuliah dan menuju apartemen tempat ia tinggal di sekitar
kampusnya. Sesampainya di lobby apartemen, ia melihat ada seorang wanita cantik
dan sangat molek duduk di sofa, menatapnya dan tersenyum padanya. Karena merasa
tidak kenal, Emma pun membalas senyum lantas bergegas ke kamar apartemennya.
Seperti biasanya, ia masuk ke apartemen dan menyalakan music player dengan volume yang sangat keras.
Kebiasaan
Emma menyalakan music player dengan
volume keras dikarenakan sebelah kamar apartemennya yang sering berisik. Emma
sering mendengar suara ribut dan gaduh dari sebelahnya ini. Sepasang suami
istri yang tinggal di sebelah kamar apartemennya ini kerap bertengkar. Emma
tidak tahan dengan keributan ini. Ia ketakutan. Ia sudah menyampaikan komplain pada
pemilik apartemen, namun tetap saja pasangan itu ribut. Emma ingin pindah,
namun apartemen tersebut sudah penuh. Hal ini sudah terjadi selama enam bulan
terakhir dan Emma sangat terganggu dengan hal tersebut.
Gangguan
ini sangat meracuni pikiran Emma yang ketakutan. Semenjak satu bulan pertama
kegaduhan di ruang sebelahnya, ia menjadi pendiam. Bulan-bulan selanjutnya
membuat Emma sulit bergaul dan sangat sensitif. Hal itu berjalan hingga saat
ini, dan membuat Emma lebih senang menyendiri. Sudah enam bulan ia hanya pergi
ke kampus kemudian pulang lagi. Tanpa pergi hang
out atau bertemu kerabatnya. Ia sangat tertekan dan semakin takut.
Emma
adalah mahasiswi pendatang dari luar kota, dia bukan gadis asal Jakarta. Ia
tinggal sendirian di apartemennya. Setiap bulan ia mendapat uang saku dari
orang tuanya lewat transfer bank. Ia bahkan tidak punya banyak teman atau
kenalan, ia harus berjuang sendiri melewati kebisingan di tempat tinggalnya. Sebenarnya
ia sudah tidak tahan, tapi ia tak punya pilihan lain selain menetap di
apartemen itu yang sudah Ia sewa selama satu tahun. Paling tidak ia bertahan
hingga masa sewanya habis.
Hari
ini, Emma berangkat kuliah pada jam 08.00 WIB. setelah semalam tak bisa tidur,
dengan kantung mata hitam dan menggantung di kelopak mata bawahnya, ia
berangkat kuliah karena hanya itulah kegiatan satu-satunya yang bisa ia lakukan
selain mengurung diri dalam kamar apartemennya. Saat menuju lobby dari lantai 7
kamarnya, di depan pintu lift ia kembali bertemu dengan seorang wanita yang
beberapa hari lalu ia lihat di lobby apartemen. Dalam lift mereka sempat
berbincang karena wanita ini menyapa Emma yang diam saja. “Tinggal di sini?”
tanya wanita itu. “Iya” jawab Emma singkat. “Saya juga tinggal di sini” namun
Emma hanya tersenyum dengan pernyataan ramah wanita itu. Lift sampai di lobby,
dan mereka berpisah.
Sepulang
kuliah, Emma kembali ke apartemennya. Ia menemukan seorang pria di depan pintu
kamarnya sedang duduk di lantai sembari memegang sebotol bir. Ia melihat Emma,
kemudian berbicara “Apakah wanita di dunia ini hanya bisa berteriak dan
menangis?”. Andre, dia adalah pria pasutri penghuni kamar apartemen sebelah
Emma yang selalu menimbulkan kegaduhan dan gangguan untuk para tetangga apartemennya.
Karena Emma tidak berminat, ia hanya melewati Andre dan membuka pintu apartemennya
tanpa bicara sepatah katapun. Namun Andre berdiri dan bergegas mengikuti Emma. Karena
kaget dan takut, Emma bergegas menutup pintu. Namun Andre berhasil menahannya.
Ia mendorong pintu dan berhasil masuk. Emma yang ketakutan berteriak minta
tolong. Andre berhasil meraihnya, ia menarik tangan Emma dan menjambak
rambutnya. Ia mengancam Emma akan memukulnya dengan botol bir di tangannya
apabila Emma berteriak lagi. Untungnya, wanita yang Emma temui di lobby dan
lift melihat pintu kamar Emma sedikit terbuka dan tahu ada yang tidak beres. Ia
mencoba melihat ke dalam. Karena ketahuan, Andre langsung melepas genggamannya
dan bergegas keluar. Emma menangis ketakutan dan bersimpuh. Wanita ini masuk
dan mendekap Emma sambil menenangkannya.
Dari
kejadian itu, Emma dan wanita ini dekat. Bella namanya. Untuk pertama kalinya
Emma memiliki teman di apartemennya. Mereka sangat dekat. Emma terkesan dengan
Bella yang cantik, ramah dan pemberani. Emma senang memliki teman. Namun
apabila malam hari tiba, Emma kembali sendiri dan merasakan cemas. Sudah tiga
bulan terakhir ia tak bisa tidur, dan bila tidur ia pasti bermimpi buruk.
Bayangan pria sebelah kamarnya selalu menghampiri. Emma mengalami insomnia.
Suatu
malam sepulang Emma kuliah, ia berjalan menuju kamar apartemennya dan merasakan
hal aneh. Pintu kamar tidak terkunci. Ia pun curiga. Takut dan waspada. Ia
mencoba menghampiri Bella tapi Emma tidak pernah tau di mana kamar Bella.
Karena ketakutan, ia turun ke bawah untuk minta tolong kepada penjaga apartemen
untuk menemaninya. Akhirnya penjaga apartemen menemani Emma melihat kamarnya.
Ia membuka pintu apartemen Emma dan masuk ke dalam secara perlahan, Emma
mengikuti dari belakang. Tidak ada yang mencurigakan. Mereka mengecek semua
ruangan. Namun pintu kamar tidurnya terkunci. Emma bingung dan menatap heran
kepada penjaga kos.
Sehari
sebelumnya, Emma bersama Bella di kamar apartemenya berbincang. Bella bilang
pada Emma “Jangan pernah ceritakan tentang diriku di keluargamu”. Emma terkejut
heran, mengapa tiba-tiba kalimat itu terlontar dari Bella.
Tanpa bertanya mengapa, Emma mengiyakan. Emma berfikir bahwa memang tidak ada
yang perlu diceritakan dan tidak ada yang perlu tahu keberadaan Bella. Semalam
suntuk mereka berbincang. Emma sangat senang akhirnya ia bisa melewatkan malam
insomnianya ditemani seorang teman yang baik. Malam itu Bella menginap di kamar
apartemen Emma. Dan paginya setelah Emma terbangun dari mimpi buruk, Bella
menghilang. Emma tidak menemukan Bella. Dan Bella tidak pamit atau menyampaikan
sepatah katapun sebelum ia pergi.
Penjaga
kos dan Emma berusaha membuka pintu kamar tidur yang terkunci. Dengan segala
upaya pintu sulit terbuka. Akhirnya Penjaga kos keluar untuk mengambil kunci
cadangan apartemen Emma. Namun pada saat penjaga keluar kamar, Emma yang masih
tinggal di dalam kamarnya melihat ke cermin. Dia melihat sosok Bella ada di
depannya, dan mengeluarkan kunci kamar dari saku celananya di cermin itu. Lalu
dia menoleh ke belakang, tapi tidak ada siapa-siapa. Kemudian ia merasakan ada
kunci di tangannya. Emma bingung dan heran. Ia menatap kunci dan terpaku. Belum
sempat Emma melihat wajahnya lagi ke cermin, penjaga kos datang dan membawa
kunci kamar Emma. Mereka membukanya. Di dalam kamar semua baik-baik saja. Dan
penjaga kos yang sedikit kesal bergegas pergi.
Emma
masuk ke dalam kamar tidur dan berbaring. Iamasih tidak habis pikir dengan apa
yang ia lihat di cermin tadi. Mengapa ia melihat Bella? Mengapa Bella
mengeluarkan kunci dari saku celananya? Tiba-tiba Emma melihat ada pergerakan
di ruang tamu apartemennya. Ia takut namun tetap mengecek keluar. Ternyata ia melihat
Bella sedang mengambil air minum di kulkas apartemen Emma. Bella menyapa, “hai,
kau sudah pulang?” Emma terdiam. Bagaimana bisa Bella masuk ke dalam
apartemennya yang terkunci? Darimana Bella masuk? Masih belum terjawab satu
kejanggalan sudah muncul kejanggalan lain. Mereka saling menatap, kemudian
terdengar ketukan pintu dari luar. Mereka kembali saling menatap. Emma takut. Emma
menyuruh Bella membuka pintu, namun Bella enggan. Akhirnya Emma sendiri membuka
pintu dan di sana ternyata ada Andre. “Ada perlu apa kau ke sini?” tanya Emma.
“aku rindu padamu, aku ingin menemanimu satu malam saja” jawab Andre. Karena
ketakutan, Emma menutup pintu lagi, namun Andre sekali lagi berhasil menerobos
masuk. “Apakah wanita di dunia ini hanya bisa berteriak dan menangis?” Ia
menyeret Emma masuk ke kamar, Emma berteriak minta tolong namun Bella tiba-tiba
lenyap.
Andre
melemparkan Emma ke tempat tidur dan mulai merobek baju Emma satu persatu. Emma
sangat takut, ia menangis. Andre sangat agresif. Ia sedang mabuk berat. Lalu tiba-tiba
Bella muncul dari belakang dan menusuk Andre tepat di punggung menembus jantungnya.
Andre terkejut namun tak lama ia tak tertolong. Emma yang semakin takut baru
menyadari bahwa pisau berlumuran darah yang menusuk Andre ada ditangannya. Emma
tidak habis pikir. Ia semakin takut dan panik. Ia kembali melihat ke cermin dan
melihat sosok Bella di dalam cermin itu.
Emma
menangis ketakutan, ia berbicara pada cermin yang merefleksikan sosok Bella. Ia
bertanya “apa yang kau lakukan?” Bella tersenyum dan menjawab “kau yang telah
melakukan semua ini, kau yang menginginkannya”. Emma tidak mengerti, ia panik
dengan terbaringnya mayat Andre di kamarnya. Bella kembali tersenyum dan
berkata “Emma, aku adalah obsesimu. Aku adalah sosok wanita yang kau impikan.
Aku adalah dirimu”. Emma terkejut bercampur marah.
Selama ini, Bella adalah Emma dan Emma
adalah Bella. Bella adalah refleksi halusinasi dari diri Emma. Selama ini Emma sendirian.
Ia berbincang sendiri, melakukan semua hal sendiri. Emma memiliki disorientasi
psikologis, ia membayangkan bahwa dirinya seperti Bella. Dia membayangkan
dirinya adalah Bella. Cantik dan molek, ramah dan pengertian. Memiliki banyak
teman dan disukai banyak pria. Dan yang pasti, pemberani. Sosok wanita yang sesungguhnya
Emma impikan. Ia tidak ingin memiliki beban trauma akibat perceraian orang
tuanya. Kegaduhan yang ditimbulkan Andre dan istrinya mengingatkan akan ayahnya
yang sangat keji dan sering melakukan penyiksaan terhadap ibunya dan Emma saat
ia masih kecil. Hal ini membuatnya depresi. Ia sangat membenci Ayahnya. Ia
sangat membenci pertengkaran. Ia sangat membenci pria yang kasar terhadap wanita.
Ia sangat membenci Andre. Emma menciptakan sosok Bella untuk menenangkan
dirinya. Ia sangat menginginkan kebahagiaan. Dan mayat Andre ditemukan tergeletak mengenaskan satu hari setelah pembunuhan itu di kamar
apartemen Emma. Dan Emma melarikan diri menghilang bersama refleksi halusinasinya.
-- END --
Komentar
Posting Komentar