Langsung ke konten utama

Indonesia(h)

Tanah indah
Lahan dan sawah
Kekayaan berlimpah
Sandang pangan murah
Tempat berkeluh kesah
Aku sebut “rumah”

Namun muncul masalah
Gedung megah
Oknum berulah
Upah rendah
Si miskin kalah
Hidup gelisah



Aturan pemerintah
Salah kaprah
Manusia bersalah
Berbalut amarah
Akal hilang sudah
Moral rusak parah

Akankah?
Tidak ada lagi penjajah
Mengatasnamakan pemerintah
Mari hati dan otak kita asah
Agar hidup tak lagi lelah
Malu dengan negeri sebelah

Komentar

  1. hahaha sukaaaa~ sama2 doyan bikin puisi jg XD *toss

    BalasHapus
    Balasan
    1. asseekk.. Siip Ziaaa, aku panggil Zia aja yah.. ;)

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

JARAK

Jarak, Jarak adalah ruang pemisah antar manusia. Jarak membuat hubungan membaik atau sebaliknya. Menjadikan pelajaran ataupun hukuman. Jarak, Jarak adalah aku dan kamu. Dan jarak kita semakin merenggang, hingga akhirnya patah. Jarak, Ruang, Waktu, Aku, Kamu, tidak ada lagi kita.

NEW JOURNEY

If you can’t fly, then run, if you can’t walk run, then walk, if you can’t walk, then crawl, but by all means keep moving. – Martin Luther King Jr. December 16th, my new journey is begin.   Menikah adalah sebuah langkah awal kehidupan baru. Tidak mudah, namun juga tidak sulit. Tapi tidak bisa dibilang biasa saja. Yeah, it's complicated. Proses dari menemukan "the one" sampai ke pelaminan tidak secepat yang orang pikirkan. prosesnya cukup panjang, cukup melelahkan, bahkan sempat ingin menyerah saja. Namun ku sangat bersyukur sudah tiba di hari ini, in My Day. Alhamdulillah...

RENJANA

Perasaan macam apa ini, bodoh dan berbahaya Tidakkah aku sudah cukup mengerti, dengan perjanjian hampa, tentang kesepakatan yang nihil Aku masih tak mengerti, perasaan macam apa ini? Bodoh dan berbahaya Keinginan yang tersembunyi, disembunyikan Menerjang pagar norma Lalu kembali berlindung dibalik kepalsuan Aku masih tetap tak mengerti, perasaan apa yang kau tawarkan? Hingga setangguh dinding kujaga, runtuh juga berpencaran Sungguh, bodoh dan berbahaya! Gayutan yang gayung bersambut Tarian jari telanjang yang bertaut Terus kupandangi kuyu raut Tak ingin sedetikpun luruh luput Durjana kau, durjana aku, durjana kita Pertahankan cela, menikam rasa Sampai di suatu kala, kita memang harus tandas, binasa